Header Ads

Banner Iklan Sariksa

Lupo-lupo Manganaan, takalok manjagoan anak pisang dalam pusaran pergeseran Zaman


        Oleh : Suhardi.N Pakiah Saripado

Takalok Manjagoan (Kedekatan Anak Pisang Jo Bako) Sakali aia gadang sakali tapian baranjak, dewasa ini kekerabatan adat yang ada di Minangkabau sedikit demi sedikit mengalami pergeseran makna dan penempatannya sehingga Generasi muda minang m mulai melupakan dan kehilangan nilai-nilai sebagai anak Minangkabau. Tentu hal ini membuat kita kuatir mengingat bahwa kekerabatan adat Minangkabau merupakan sistem kekerabatan tertua dalam kultur budaya Indonesia. Bukan tanpa alasan statmen tersebut muncul mengacu kepada sejarah peradaban adat Minangkabau merupakan salah satu suku tertua yang menganut sistem Matrilineal.

Untuk menjaga serta melestarikan pemahaman terkait dengan sistem kekerabatan di Minangkabau maka perlu ada ulasan yang membahas tentang hubungan keterikatan kekerabatan adat di Minangkabau. Salah satu yang sering terlupakan oleh masyarakat Minangkabau adalah hubungan Anak Pisang dengan Bako.

Sebelum pembahasan tentang Anak Pisang dan Bako dijabarkan secara gamblang terlebih dahulu setiap masyarakat Minangkabau harus mengetahui dan memahami istilah-istilah yang terdapat dalam kekerabatan adat Minangkabau yang berhubungan erat dengan tali pernikahan seperti, menantu, mintuo, urang sumando, mamak rumah, bako, anak pisang, dan cucu. Adapun istilah-istilah yang ada tersebut sudah mulai pudar dan telah mengalami pergeseran penempatan yang sebenarnya sehingga banyak masyarakat Minangkabau terkhusus generasi muda Minangkabau tidak memahami hakikat dari istilah-istilah tersebut.  Hal ini bisa saja terjadi disebabkan beberapa faktor diantaranya generasi muda tidak mempelajari istilah-istilah tersebut berikut dengan penempatan yang pas melalui orang tua maupun peran mamak, juga disebabkan karena orang tua beserta mamak justru tidak memberikan bekal ilmu kepada anak kemenakannya tatkala  menyelami labirin kehidupan pernikahan. Namun kealpaan itu tentu saja sama-sama mesti dikubur dalam-dalam, karena yang terpenting sekarang bagaimana memberikan pemahaman kepada anak kemenakan tentang penempatan istilah-istilah melalui tulisan maupun lisan, agar kesalahan itu tidak terulang kembali.

Istilah Menantu, Mertua, Mamak Rumah, Urang Sumando serta Cucu di Minangkabau yang memiliki karakteristik di tengah-tengah rumah yang ia tempati, baik dari berpakaiannya, duduknya, cara bicaranya serta perilaku kesehariannya merupakan falsafah yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja karena hal ini menyangkut dengan pelestrian nilai-nilai budaya. Seperti hubungan antara Bako dengan Anak Pisang di Minangkabau.

Siapa Bako???

Bako adalah seluruh keluarga dari pihak ayah. Perempuan dari keluarga ayah bermacam-macam sebutannya. Ada mak wo, mak tuo, katiak, etek. Hal itu tentu berdasarkan usia dan posisi mereka di rumah pihak sang ayah. Begitupun dengan laki-laki yang ada disana memiliki juga panggilan-pangilan khas seperti pak etek, pak uwo, pak tuo, ayah ketek. Kembali lagi semua sesuai dengan usia dan posisi masing-masing.

Siapa Anak Pisang???

Anak pisang adalah anak-anak dari mamak. Biasanya sebutan anak pisang jika sudah menikah dipanggil gala yang disematkan dibelakang namanya, kalau sama belum menikah akan dipanggil nama saja. Tidak ada panggilan khusus untuk anak pisang dalam kekerabatan adat Minangkabau.

Nah...Bagaimana seharusnya hubungan antara Bako dengan Anak Pisang di Minangkabau???

Ada beberapa peristiwa yang membuat hubungan kekerabatan tersebut sangat erat  jika ditelik lebih dalam melalui kegiatan-kegiatan kekeluargaan yaitu:

1. Saat ibu hamil pertama, dilakukan kegiatan yang tidak pernah dilupakan masyarakat Minangkabau, walaupun setiap daerah memiliki cara yang berbeda yaitunya Batanak Nasi, atau di daerah lain disebut juga dengan Galudua. Kegiatan tersebut dilakukan dirumah pihak ayah setelah kandungan berusia kira-kira 5 sampai 7 bulan. Batanak Nasi atau membuat Galudua kegiatan yang dikerjakan oleh kaum ibu-ibu dari pihak menantu dan mertua dengan tujuan memberitahu kepada masyarakat bahwa Allah telah menganugerahkan rumah tangga rezki, yaitunya dengan kehamilan anak atau menantunya.

Dalam kegiatan Batanak Nasi tersebut bahan yang digunakan adalah beras ketam dan santam dibuat seperti Nasi Lamak (Nasi Kunyit), tetapi bedanya adalah tidak menggunakan kunyit sebagai bahan bakunya sementara Galudua dibuat dari bahan baku Labu dan santan.


Setalah itu masakan dihidangkan untuk dicicipi oleh masyarakat sekitar tempat tinggal. Kemudian mertua akan menyuapi menantu yang sedang hamil sambil diiringi dengan doa-doa kebaikan dan kelancaran.

2. Setelah anak pertama lahir

Saat menantu mulai merasakan nyeri tanda kelahiran sudah dekat, maka Bako akan diminta datang menanti dan menemani keluarga perempuan sampai kelahiran menantunya. Setelah anak lahir, sepulang dari rumah sakit, bidan ataupun dukun beranak maka cucu akan di gendong oleh keluarga pihak laki-laki dengan menggunakan kain panjang. Nama kain tersebut disebut kain Pambaduang. Orang pertama yang datang dan pergi melihat bayi yang baru lahir adalah Bakonya, dalam bahasa kebanyak disebut "Mancaliak Cucu" sambil membawa junjungan atau junjungan dulang, yang berisi masakan yang lengkap, yang paling tidak boleh tinggal adalah gulai Jantung Pisang,  dengan tujuan menambah air susu ibu agar tidak berkurang. Bawaan tersebut dinamakan Gajuju Susu.

3. Turun Mandi

Selanjutnya peristiwa yang membuat kedekatan emosional antara Anak Pisang dan Bako adalah saat turun mandi. Ketika turun mandi yang memandikan anak adalah Bakonya sekaligus menggunting beberapa helai rambut sang bayi. Bako juga yang menyiapkan segala kebutuh kegiatan tersebut seperti menyiapkan makan dan membawanya kerumah cucunya.

4. Manjapuik Anak

Setelah anak berumur beberapa bulan, Bako akan menjemput anak tersebut untuk dibawa ke rumahnya. Menginap di rumah Bako beberapa hari sesuai kesepakatan. Setelah itu anak akan diantar bersama-sama oleh pihak Bako dengan iringan alat-alat musik tradisional. Dibeberapa daerah hal ini masih dilakukan dalam kegiatan maantaan anak. Ada yang unik saat prosesi Maantaan Anak ini, adakalanya Bako memberi anak tersebut beberapa ekor kambing, kambing tersebut dibawa bersamaan dengan Maantaan Anak tersebut. Ada juga yang memberikan beberapa pakaian, anting, gelang ataupun cincin yang semuanya itu dipakaikan kepada anak saat itu juga. Perlu juga digaris bawahi bahwa sebelum prosesi Manjapuik Anak, sang ayah tidak dibolehkan membawa anaknya ke rumah Bakonya.

menantu akan dibawa kerumah pihak laki-laki.

5. Prosesi Khitanan

Saat anak sudah menginjak remaja dan sudah waktunya menjalankan sunnah Rasulullah yaitunya khitanan, maka diprosesi ini Bako dari anak tersebut akan membawa pakaian yang baru dan sehelai kain sarung untuk digunakan sang anak saat khitanan. Biasanya pakaian dan sarung akan diserahkan Bako pada malam sebelum acara khitanan.

6. Ketika Anak Pisang sudah Dewasa

Ketika Anak Pisang sudah dewasa, ibaratnya Jikok Kacang lah patuik dibari junjuangan, kok kacang malilik lah barisi, jariang bapikin lah babuah, lelaki dewasa sudah patut untuk mendapatkan pasangan maka diselenggarakanlah persiapan pernikahan. Dalam prosesi persiapan pernikahan maka dilakukan beberapa tahapan. Diantaranya rapek Rang Sumando yang mengikutsertakan Bako, meminang akan membawa pihak Bako.

7. Saat Pernikahan



Saat pernikahan biasanya dalam adat Minangkabau, Bako adalah orang yang bertanggungjawab dalam menyediakan baju Anak Daro(Pengantin wanita) dan Marapulai (Pengantin Pria). Selain pakaian Bako juga membawa satu ekor Ayam untuk di jadikan Senggang. Kemudian juga membawa tiga liter beras biasa, tiga liter beras kunyit dan satu buah kelapa yang kelak akan dimasak untuk dijadikan rendang. Ayam dan beras biasanya dibawa kerumah Anak Pusang menjelang pernikahan. Pada sore harinya Anak Pisang akan mendatangi Bako seraya membawa makanan, kegiatan seperti ini orang Minangkabau menyebutnya Maantaan Bako.


8. Manjalang Mintuo dan Mamak

Dalam adat Minangkabau ada istilah Manjalang Mintuo dan Manjalang Mamak. Dalam bahasa Indonesia kegiatan ini berarti menemui Mertua dan mamak dari kedua belah pihak setelah beberapa hari pernikahan. Hal ini sekaligus mengenalkan kepada menantu bagaimana layaknya memanggil mamak, angku, apak, ayah, dll.

9. Maantaan Pabukoan

Hal yang paling dinanti oleh Masyarakat Minangkabau saat Ramadhan datang adalah kegiatan Maantaan Pabukoan. Maantaan Pabukoan bisa di artikan sebagai mengantarkan Takjil kepada mertua, mamak, Angku kedua belah pihak.

10. Meninggalnya Anak Pisang

Jika Anak Pisang meninggal dunia, maka Bako akan langsung datang dengan membawa  seperangkat penyelenggaraan Jenazah. Mulai dari kain kafan, kapas, serta bunga-bungaan. Bahkan tak jarang ditemukan ad Bako yang meminta anak Pisangnya dimakamkan di tanah kaum Bakonya.

Nah, jika ditilik lebih jauh hakikat hubungan Bako dan Anak Pisang maka terdapat nilai-nilai yang menjadi pelajaran bagi kehidupan bermasyarakat. Hakikat berBako dan Beranak Pisang mestinya menjadi acuan bagi kehidupan masyarakat sehingga kekerabatan dalam Adat Minangkabau tetap terjaga dengan baik. Semoga!

 

1 komentar:

  1. Sabana Padek nasihaik ko untuk anak mudo kini.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.